Kisah Bilal bin Rabah, Sang Muadzin Bersuara Emas

Kisah Bilal bin Rabah – Ingin tahu kisah sahabat Bilal bin Rabah. Seorang yang sangat sabar menghadapi hinaan orang-orang yang membencinya.

Bagaimana bisa sendalnya Bilal bin Rabah saja sudah dijamin Allah SWT masuk surga? Kalau kamu penasaran dengan kisahnya, simak tulisan ini sampai selesai ya.

Oke teman-teman, nantinya akan banyak sekali pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil dari kisah sahabat Nabi yang satu ini.

Karena sudah pasti, dengan belajar sejarah tokoh-tokoh Islam dapat memberikan ibrah atau pelajaran agar kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Saat kita ingin mendirikan shalat, biasanya dimulai dengan seruan adzan bukan ? Bilal adalah orang khusus yang menjadi muadzin saat pada saat itu. Dan hal itu menjadikan inspirasi saat ini untuk muadzin-muadzin diseluruh dunia.

Kisah Bilal Bin Rabah

Banyak sekali kisah sahabat yang begitu inspiratif, salah satunya kisah Bilal bin Rabah ini. Seorang sahabat yang dikenal sebagai orang yang sangat sabar dalam menghadapi kedzoliman yang menimpanya.

Tak kenal maka tak sayang, Bilal bin Rabah atau biasa dpanggil Ibnu Sauda (putra wanita hitam) oleh Ibunya, lahir sekitar tahun 43 Tahun sebelum Hijrah dari daerah as-Sarah. Orang yang melahirkannya bernama Hamamah sedangkan Ayahnya bernama Rabah.

Bilal adalah seorang budak dari keluarga Bani Abduddar yang dibesarkan dikota Ummul Qura yang ada di Mekkah. Ketika Ayah mereka tiada, Ibnu sauda ini diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf yaitu tokoh penting kaum kafir.

Tahukah teman-teman, bahwa Bila bin rabah termasuk orang-orang minoritas yang pertama-tama memeluk agama Islam, selain dari sebelumnya ada Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad. Kejadian ini berlangsung saat Islam berkumandang di kota Mekkah.

Mungkin dipikiran kita, kok bisa ya hanya karena sering berwudhu saja bisa masuk syurga, dan sepertinya hal sepele ini bisa dilakukan oleh semua orang.

Tapi coba teman-teman bayangkan lagi, jika dalam sehari batal wudhu yang terjadi sering karena buang angin, apakah kira-kira kita bisa terus mendawamkan wudhu seperti Bilal Bin Rabah? Belum tentu juga kan hehe, Jadi wajar saja jika sandalnya saja sudah terdengar di Surga.

Namun bukan mustahil juga buat teman-teman melakukan amalan seperti yang dilakukan oleh bilal bin Rabah. Dan Insya Allah bisa masuk surga bersama mereka Aamiin.

Kisah Bilal Bin Rabbah tentang Adzan Terakhir yang Mengharukan

Siapa yang menyangka, bahwa orang yang kerjaannya sebagai tukang adzan ini telah dijamin masuk Surga oleh Allah SWT. Saat mendengar itu, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Bilal “Sebenarnya amalan paling besar apa pahalanya yang engkau amalkan, Wahai Bilal? Karena sesungguhnya Aku mendengar suara hentakan sandalmu di Surga pada waktu malam Isra’ Mi’raj. Lalu Bilal Menjawab ” Yang aku berwudhu siang dan malam, aku selalu shalat dengan wudhu itu”. Jadi Bilal adalah orang istiqomah menjaga wudhunya. Subhanallah!.

Jangan salah, walaupun Bilal termasuk orang dari kalangan kulit hitam asal Afrika, namun ia adalah seorang muadzin yang memiliki suara emas.

Bilal takkan tergantikan dalam posisinya sebagai tukang yang mengumandangkan adzan. Ia selalu mengikuti kemanapun nabi Muhammad pergi kecuali saat waktu perang saja.

Nah teman-teman, saat Nabi Muhammad sudah wafat pada awal 11 Hijriah, Bilal menyatakan tidak lagi mengumandangkan adzan saat itu juga. “Aku hanya ingin menjadi muadzin pada saat nabi masih ada saja”. Begitu kira-kira yang dikatakan oleh Bilal saat Abu Bakar meminta Bilal tetap menjadi muadzin kembali.

Namun Abu Bakar tidak menyerah dan terus meminta agar Bilal kembali menjadi muadzin seperti biasanya. Saat itu juga Bilal bin Rabah balik bertanya kepada Khalifah Ali, “Ya Ali, dahulu ketika kau membebaskanku dari penyiksaan kejam dari Umayyah bin Khalaf, Apak kau lakukan itu karena dirimu atau karena Allah?”

Abu Bakar hanya terdiam mendengar pertanyaan yang merindingkan Bilal tersebut. Lalu datanglah dua anak kecil yang berkata”Paman, maukah kembali menjadi muadzin kami?” Kedua anak tersebut adalah Hasan dan Husein yang meminta dengan penuh harap.

Akhirnya Bilal bersedia kembali menjadi muadzin untuk mereka. Saat bilal kembali mengumandangkan adzan dilafadz “Allahu Akbar” Seluruh penduduk madinah hening semua, kerinduan mendengar suara emas adzanpun dirasakannya kembali. Semua wanita yang di dalam ikut keluar menyimak adzan tersebut.

Selanjutnya semua berubah saat bilal mengumandangkan lafadz “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, seluruh penduuduk madinah dibuat cetar oleh tangisan dan kesedihan yang orang-orang disana.

Kejadian yang mengingatkan kebersamaan Bilal dan Nabi saat dulu. Bahkan pada saat itu Umar bin Khattab yang terkenal keras juga ikut menangis melihat ternyata Bilal tidak dapat meneruskan adzannya kembali. Itulah akhir dari masa hidup dari Bilal, Sang Muadzin Emas.

Orang-orang madinah mengenang kejadian tersebut sebagai hari yang penuh duka di madinah, karena adzan dari Bilal Bin Rabah itu merupakan adzan yang pertama sekaligus terakhir.

Bilal bin Rabah merupakan salah satu orang yang paling sayang semasa nabi Muhammad masih hidup. Jiwa raganya bisa dibilang hanya diberikan untuk Nabi.

Perasaan hilang yang sangat besar dirasakan Bilal saat ditinggal nabi Muhammad untuk selama-lamanya. Sampai-sampai bilal tidak ingin menjadi muadzin lagi selain untuk baginda Nabi. Ini menandakan rasa cintanya Bilal terhadapa nabi Muhammad selama bilal masih hidup.

Semoga Bilal bin Rabah selalu diberikan naungan yang terbaik oleh Allah SWT disana, dan dapat dipertemukan dengan Nabi Muhammad di surga. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: Kisah Imam Al Ghazali

Originally posted 2019-10-19 19:59:24.

Leave a Reply

Your email address will not be published.