Kisah Imam Al Ghazali, dari Kelahiran Sampai Masa Akhir Kehidupannya

Cerita tentang Imam Ghazali masih belum banyak diketahui oleh umat muslim. Padahal tentu hampir semua umat muslim pernah mendengar nama Imam Ghazali.

Imam Ghazali memang seorang tokoh muslim yang banyak memberi kontribusi bagi kemajuan umat manusia. Berikut adalah sedikit cerita mengenai Imam Ghazali.

Kelahiran Imam Ghazali

Imam Ghazali memiliki nama lengkap Muhammad bin Muhammad Al Ghazali ath Thusi. Nama Al Ghazali diberikan kaitannya dengan pekerjaan bapak dan kakeknya sebagai pemintal bulu domba. Sedangkan nama ath Thusi diberikan berdasarkan nama tempat kelahirannya yaitu Bandar Thus, Persia.

Imam Ghazali terlahir dalam keluarga miskin bersama dengan satu orang saudara bernama Ahmad. Namun demikian sang ayah yang merupakan seorang yang sholeh selalu memiliki cita – cita agar kedua anaknya tersebut bisa menjadi alim ulama.

Setiap kali sang ayah mendengar perkataan para ahli fikih, ia akan menangis dan memohon kepada Allah agar dapat diberikan anak – anak yang faqih. Apabila mendengar ceramah, ia akan menangis dan memohon kepada Allah agar diberikan anak – anak yang ahli ceramah.

Bahkan sebelum wafat, ayah Imam Ghazali meninggalkan pesan kepada sahabatnya agar Imam Ghazali dan Ahmad diajarkan menulis Arab dan ilmu lain.

Setelah ayah Imam Ghazali meninggal, maka sang sahabatpun menjalankan wasiat tersebut. Ia mngajarkan Imam Ghazali dan Ahmad berbagai macam ilmu. Namun seiring dengan berjalannya waktu, harta yang ditinggalkan oleh ayah Imam Ghazali akhirnya habis.

Sang sahabat yang juga seorang fakir miskin tak lagi memiliki harta untuk merawat mereka berdua. Iapun menganjurkan agar Imam Ghazali dan Ahmad masuk ke madrasah agar mendapat makanan.

Baca Juga: Kisah Bilal bin Rabah

Perjalanan Keilmuan Imam Ghazali

Imam Ghazali mengawali perjalanannya dalam menuntut ilmu fikih di tanah kelahirannya, Thus, dari Syaikh Ahmad bin Muhammad AR Radzkani. Beliau kmudian melanjutkan perjalanannya untuk menuntut ilmu dari Imam Abu Nashr Al Ismaili di Jurjan.

Imam Ghazali menguasai fikih mazhab Imam Syafi’i setelah belajar dari Imam Haraiman Al Juwaini. Tak hanya menguasai mazhab Imam Syafi’i, Imam Ghazali juga menguasai ilmu debat, manthiq, hikmah, ushul dan filsafat.

Setalah sang guru Imam Haraiman meninggal, Imam Ghazali pergi ke majelis ilmu dan karena kepandaiannya maka ia diangkat sebagai pengajar pada salah satu madrasah di Baghdad. Beliaupun berangkat ke Baghdad dan menjadi terkenal hingga akhirnya menorehkan pencapaian yang luar biasa.

Pencapaian dan kesuksesan yang diraih oleh Imam Ghazali tidak membuatnnya sombong dan mencintai dunia. Beliau tetap ikhlas dan selalu berusaha melakukan perbaikan ibadah yang ia jalankan.

Imam Ghazali bahkan rela meninggalkan segala kehidupan duniawinya untuk mengembara mencari ilmu. Pengembaraan Imam Ghazali diawali dengan keberangkatannnya untuk berhaji pada tahun 488 H.

Pada saat mengembara, Imam Ghazali mengunjungi Damaskus selama beberapa hari. Kamudian beliau melakukan ziarah ke baitul Maqdis untuk kemudia kembali lagi melakukan i’tikaf di Damaskus. Beliau kerap terlihat duduk di menara barat Masjid Jami Umawi hingga kahirnya tempat tersebut diberi nama Al Ghazaliyah.

Masa Akhir Kehidupan Imam Ghazali

Pada masa akhir kehidupannya, Imam Ghazali masih tetap tekun mempelajari dan menelaah hadist. Hal tersebut juga dikuatkan oleh perkataan Imam Adz Dzahabi yang mengetahui persis hal tersebut.

Kisah meninggalnya Imam Ghazali dapat kita ketahui dari cerita Ahmad saudara Imam Ghazali. Cerita yang diutarakan Ahmad tersebut ditulis dalam suatu kitab oleh Abul Faraj Ibnul Jauzi.

Dalam kitab tersebut dituliskan bahwa pada subuh di hari terakhir kehidupan Imam Ghazali, beliau berwuduhu dan melaksanakan sholat. Lalu beliau minta diambilkan kain kafan, kemudian mencium kain kafan tersebut dan meletakannya di kedua mata.

Imam Ghazali berkata, “Saya patuh dan taat menemui Malaikat Maut”. Beliaupun meluruskan kakinya dan menghadap ke arah kiblat. Sebelum pagi menjelang beliaupun wafat.

Imam Ghazali wafat pada hari Senin, 14 Jumadil Akhir tahun 505 H di Thusi dan dimakamkan di Ath Thabaran.

Demikianlah sedikit cerita mengenai Imam Ghazali yang sangat taat beribadah, tidak suka kemewahan, tidak terpana oleh kemegahan, serta selalu berusaha menjauhi sifat sombong dan takabur. Semoga kita semua dapat mengambil teladan dari cerita tentang Imam Ghazali.

Baca Juga: Kisah Tsa’labah Bin Hathib

Originally posted 2019-10-19 10:38:21.

Leave a Reply

Your email address will not be published.